Tempe Warisan Leluhur
Selasa 17 Oktober 2017

Salakan -  Banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi tempe membuat peluang bisnis pembuatan tempe cukup menjanjikan. Salah satunya ialah usaha pembuatan tempe milik Suyamti yang beralamat di Dukuh Barengan RT 05 RW 02 No.125, Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali.

Sejak lima belas tahun yang lalu Suyamti mulai memberanikan diri untuk mendirikan home industri usaha pembuatan tempe. Berbekal modal keterampilan mengetahui cara pembuatan tempe yang didapat dari orang tuanya yang dulunya merupakan pembuat tempe. Hal ini beliau lakukan untuk membantu perekonomian keluarga dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setiap hari Suyamti membuat tempe dari pagi pukul 09.00 hingga pukul 16.00 WIB dan dibantu oleh saudaranya.  Untuk bahan baku kedelai, Suyamti membelinya di Pasar Pengging dan plastik untuk membungkus tempe membeli di Pasar Kartasura dengan harga dua puluh enam ribu rupiah setiap rolnya.

Keunggulan tempe buatan Suyamti ialah beliau selalu memperhatikan kualitas dan kebersihan pada saat produksi dan proses permentasi kacang kedelai hingga menjadi tempe, inilah yang membuat konsumen Suyamti tetap menggemari tempe buatannya.

Dalam sehari, Suyamti membutuhkan sekitar dua puluh kilogram kedelai untuk membuat tempe. Dari jumlah tersebut mampu menghasilkan sekitar tiga puluh kilogram tempe. Dalam usaha pembuatan tempenya, Suyamti menggunakan proses manual dan dibantu satu mesin penggiling yang dibeli di Solo seharga dua juta. Dari dua puluh kilogram kedelai untuk membuat tempe, menghasilkan ampas tempe sebanyak dua puluh kilogram. Ampas-ampas tersebut diambil oleh saudaranya untuk pakan ternak.

“Dulu ampas-ampas ini saya jual ke tetangga, tapi setelah saudara saya memelihara ternak, setiap hari ampas-ampas ini diambil oleh saudara saya, “ kata perempuan empat puluh tiga tahun ini”.

Dari hasil penjualan tempe tersebut, Suyamti mengaku keuntungan per bulan yang didapat tidak pasti, hal ini tergantung dari banyak sedikitnya permintaan dan faktor cuaca. Beliau menjelaskan jika musim penghujan, permintaan tempe mengalami sedikit penurunan. Rata-rata dalam sebulan Suyamti mendapatkan keuntungan satu juta lima ratus ribu rupiah.  

Dalam menekuni usaha pembuatan tempe, Suyamti mengaku tidak memiliki kesulitan yang berarti, beliau pun berharap usaha pembuatan tempenya dapat berkembang dan dapat dilanjutkan oleh anak-anaknya kelak karena usaha ini merupakan turun temurun.

Berita Terkini
Musdesus selesai, BLT-DD dikebut!
Kamis 31 Maret 2022