Salakan – Menyantap makanan tanpa camilan karak rasanya kurang lengkap. Apapun makanannya, karak selalu hadir menemani santap makan. Karak adalah makanan tradisional berasal dari Jawa yang biasa digunakan sebagai lauk pauk dan terbuat dari nasi atau beras. Karak memiliki cita rasa yang renyah dan gurih. Karak mudah sekali ditemukan di wilayah Soloraya.
Salah satu pembuat karak di Kabupaten Boyolali ialah Wiro sabinem yang beralamat di Dukuh Salakan RT 09 RW 01 Desa Salakan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Perempuan paruh baya ini sudah memulai membuat karak selama sepuluh tahun. Di halaman dan sudut-sudut rumah Wiro sabinem terlihat karak-karak yang dijemur mengandalkan penyinaran sinar matahari. Di sudut pintu dapur, berjajajar adonan karak yang telah dicetak dan siap untuk dijemur.
Wiro Sabinem menjelaskan mulai membuat karak karena mendapat nasihat dari salah satu kerabatnya dan dalam pembuatan karaknya secara otodidak. “Dulu ada kerabat menyarankan saya dari pada panas-panasan di sawah dan sudah sepuh mendingan buat karak saja di rumah sambil merawat cucu, ujar perempuan tujuh puluh tahun ini.
Setiap harinya Wiro Sabinem membuat karak dibantu anggota keluarganya, yaitu anak dan cucunya dari pagi hingga sore hari. Anak dan cucu Mbah Wiro bertugas mencetak adonan karak dan merapikan bentuk karak menjadi kotak persegi panjang dan bertugas untuk mengangkat beras yang telah dihaluskan dan siap dicetak. Sedangkan Mbah Wiro bertugas memasak nasi dan memberi bumbu bawang, moto, pati dan garam pada adonan karak. Wiro Sabinem mengatakan bahan baku beras beliau beli di selepan sebanyak 10 kg seharga Sembilan puluh ribu rupiah.
Untuk produksi jika musim kemarau dalam sebulan mampu membuat sekitar 1 kwintal karak, sedangkan jika musim penghujan produksi menurun karena tidak dapat menjemur karak dan hanya mampu membuat sekitar setengah kuintal karak.
Karak-karak yang sudah jadi biasanya disetor ke Pasar Pengging, warung-warung makan dan dibeli oleh pedagang – pedagang karak yang datang langsung ke rumah wiro sabinem, kemudian para penjual karak tersebut memasarkannya dengan cara berkeliling dari rumah ke rumah. Selain itu pembeli juga datang dari tetangga sekitar. Salah satu anak Wiro Sabinem yang bekerja di pabrik sering membawa karak ke pabrik dan dibeli oleh rekan-rekan kerjanya. Wiro Sabinem mengaku dalam usaha pembuatan karak nya ini tidak memiliki kendala yang berarti, namun beliau memiliki harapan yakni agar pemerintah desa memperhatikan usahanya ini karena pembuatan karak miliknya merupakan satu-satunya yang ada di Desa Salakan.